Karya Penulis Tanah Air
Ketika berbicara tentang romantisme sejarah, kita kerap terpana dengan kecerdasan generasi terdahulu, sebelum era televisi dan multimedia. Tak perlu jauh-jauh, bandingkan saja kecerdasan yang dimiliki oleh rata-rata generasi kakek kita yang hidup di era pra-kemerdekaan, dengan generasi anak muda gaul saat ini. Mengapa mereka begitu cerdas, padahal sarana pendidikan, kesehatan, dan teknologi pangan yang menopang kebutuhan gizi belum secanggih sekarang?
Membaca adalah jawabannya. Berbeda dengan menonton televisi, membaca bukan hanya menambah wawasan, melainkan juga mampu mengembangkan imajinasi seseorang. Imajinasi sendiri merupakan bentuk kecerdasan yang hanya dimiliki oleh makhluk Tuhan yang bernama manusia. Kebalikannya, berbeda dengan buku, televise dan multimedia justru melemahkan imajinasi.
Malangnya, di AS misalnya, rata-rata dalam sehari setiap orang menghabiskan 4 jam di depan televise, dan hanya 14 menit untuk membaca (baik buku maupun majalah). Lantas, bagaimana pula dengan kebiasaan di Tanah Air? Entahlah, namun biasanya kita tidak lebih baik dari mereka. Nah, bila tidak ingin generasi kita dan selanjutnya terpuruk lebih dalam, satu-satunya cara adalah mengembalikan minat baca sekaligus menyediakan bahan bacaan yang bermutu.
Di mana Anda bisa menemukan bahan bacaan yang bermutu, khususnya di Tanah Air? Website Wisata Buku memberikan jawabannya untuk Anda. Website ini berisi resensi buku-buku yang pernah terbit di Indonesia, baik karya asli penulis Tanah Air maupun hasil terjemahan, komentar, baik terhadap resensi maupun buku yang diresensi di sini. Dari 5.600-an buku yang terdaftar di sini, hampir 600 judul telah diresensi.
Bila Anda memiliki buku yang bagus, dan belum diresensi di sini, tak ada salahnya menawarkan diri untuk membantu tim redaksi. Kontribusi Anda akan sangat membantu pengelola website ini untuk menyebarkan virus gemar membaca pada masyarakat Indonesia. Ingin berubah? Mulailah dengan membaca. Jika tidak, jangan salahkan Tuhan yang sudah memerintahkan kita untuk membaca. Bacalah !
No comments:
Post a Comment